Pada masa awal manusia mengenal emas, ternyata si kuning yang berkilau tersebut tidak hanya digunakan sebagai perhiasan, tetapi juga digunakan sebagai perlengkapan pemakaman para penguasa. Misalnya saja pada 2500 SM, Raja Tomb of Djer dimakamkan bersama seluruh perhiasannya, termasuk emas. Dia merupakan raja pertama dari dinasti Mesir di Abydos, Mesir.
Bangsa Circa di zaman Mesir Kuno pada 1932 SM bahkan menggunakan emas sebagai bahan peti mati untuk Raja Tutankhamon. Tidak tanggung-tanggung, berat peti mati yang terbuat dari emas tersebut hampir 2.500 pound atau setara dengan 1.250 kg.
Di Eropa, emas mulai dikenal saat kekuasaan kekaisaran (imperium) Eropa, pada awal Masehi. Pada 1299, seorang penjelajah terkenal, Marco Polo, menulis jurnal hasil perjalanannya ke timur jauh-sekarang disebut benua Asia dengan judul “Gold Wealth was Almost Unlimited” atau ‘Emas adalah Kekayaan yang Nyaris Tak Terbatas’
Pernyataan kontroversial bahkan muncul dari Raja Ferdinand dari Spanyol. Pada 1511, ia mengatakan ke para penjelajah, “Bawa pulanglah emas,” perintahnya kepada mereka, “kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tetapi apa pun risikonya, bawalah emas!”
Pernyataan Raja Ferdinand ini kemudian memicu ekspedisi besar-besaran ke benua yang baru ditemukan. Contohnya ekspedisi yang dilakukan oleh Christopher Colombus dan Vasco da Gamma. Penjelajahan inilah yang lalu memicu era kolonialisme Eropa.
Penambangan emas juga telah dilakukan sejak lama. Diperkirakan kegiatan penambangan emas telah ada sejak 2000 sampai 5000 SM. Di Indonesia sendiri penambangan emas sudah dikenal sebelum Belanda datang ke Nusantara. Suryadi, seorang peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Indonesie, Universitas Leiden, Belanda, menduga tambang emas Salida di Sumatera merupakan tambang emas tertua di Indonesia.
Sebelum Belanda datang ke Sumatera, kandungan emas di sana telah dieksplorasi penduduk setempat. Berita mengenai “pulau emas” ini sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Namun, ada kemungkinan sejak zaman prasejarah aktivitas penambangan emas telah dilakukan di sini. Karena, beberapa barang peningggalan prasejarah ada yang terbuat dari emas.
Selain Salida, tercatat beberapa tambang emas tertua di Indonesia, di antaranya Alluvial di Kalimantan Barat pada abad ke-4 dan Lebong Tandai pada abad ke-7. Setelah zaman kemerdekaan sejumlah usaha pertambangan milik penjajah Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia dengan mendirikan perusahaan pertambangan, di antaranya R.T. Braakensick.
Selain itu juga dilakukan pertambangan dengan sistem kontrak karya dengan sejumlah perusahaan asing serta pertambangan-pertambangan rakyat dan juga usaha pertambangan ilegal. PT Freeport yang ada di Papua kini merupakan salah satu perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia.
Dalam sejarah pertambangan emas, metode eksplorasi yang dilakukan mengikuti perkembangan zaman. Diawali dengan cara penambangan tradisional, yakni menggunakan gravitasi atau amalgamasi air raksa, lalu metode sianida, fiotasi, dan heap leaching.
Pertambangan emas terbesar di dunia saat ini dipegang oleh Afrika Selatan. Meskipun begitu, negara dengan cadangan emas terbesar justru bukan Afrika Selatan, melainkan Amerika Serikat, yang bahkan tidak memiliki tambang emas. Hal ini berkaitan dengan fungsi emas sebagai cadangan devisa dan instrumen moneter, serta media investasi.
Adapun negara yang paling banyak menggunakan emas adalah India. Akan tetapi, bukan sebagai instrumen moneter, bukan pula sebagai media investasi, melainkan dimanfaatkan sebagai perhiasan. Permintaan emas di India umumnya melonjak tajam pada bulan September, yaitu saat musim kawin tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang Keren Komend Dong..?